Sunday, June 13, 2010

SAJAK


DERITA PERTAMA.

Adam ialah bapa kita
yang tercampak dari seberang dunia
kerana mencari syurga
di celah buah khuldi.

Waktu terlantar di dunia baru
hari tengah malam
ia tidak mengerti apa yang terjadi
mulutnya bisu.

Ia melihat sekeliling
mulai merasa cemas akan kegelapan
segumpal awan hinggap ke kening
ia tidak tahu apakah itu.

Sepanjang malam ia tercengang
dari hatinya mengalir sungai duka
bagaimana akan kutempuh rimba kegelapan
tubuh seseorang.

Sepanjang malamair matanya
membelah muka bulan.


ANTOLOGI ANAK LAUT,
DEWAN BAHASA DAN PUSTAKA.

SELOKA PAK KADOK


Aduhai malang Pak Kadok,
Ayamnya menang kampung tergadai,
Ada nasi dicurahkan,
Awak pulang kebuluran,
Mudik menongkah surut,
Hilir menongkah pasang,
Ada isteri dibunuh,
Nyaris mati oleh tak makan,
Masa belayar kematian angin,
Sauh dilabuh bayu berpuput,
Ada rumah bertandang duduk.


ANTOLOGI ANAK LAUT,
DEWAN BAHASA DAN PUSTAKA.

SYAIR DANDAN SETIA DAN INTAN TERPILIH


Dendam Berahi namanya desa,
Mendam Perasat Raja Perkasa,
Rakyatnya banyak berketi laksa,
Bersuka-suka setiap masa.

Riuh-rendah nobat nafiri,
Semuanya konon berbunyi sendiri,
Hairan tercengang isi negeri,
Apakah ada demikian peri.

Air pasang penuh rata,
Melambak sampai di kakinya kota,
Bunyi-bunyian gegak gempita,
Segala bunga kembanglah rata,
Berbunyilah genta di Gunung Dendam,
Di tempat padang berbunyi meriam,
Bahananya gunung sangat menderam,
Isi negeri tercenganglah diam.

Adapun akan di dalam istana,
Permaisuri Lela Mengerna,
Di dalam kecoh terlalu kena,
Ia pun bersalin dengan sempurna.

Seorang laki-laki konon khabarnya,
Terlalu sekali baik parasnya,
Gilang-gemilang nur wajahnya,
Tak sempat disambut oleh bidannya.

ANTOLOGI ANAK LAUT,
DEWAN BAHASA DAN PUSTAKA.

Friday, June 11, 2010

PANTUN KIASAN


Tikar pucuk, tikar mengkuang,
Alas nikah raja Melayu,
Ikan busuk jangan dibuang,
Buat perencah si daun kayu.

Buah bacang masak serangkai,
Burung dekut meniti batang,
Saya dagang tidak terpakai,
Macam melukut di tepi gantang.

Tebang gelam,tebang kenanga,
Batangnya tumbang menimpa gedung,
Kumbang mengidam nak seri bunga,
Bunga kembang di puncak gunung.

Pokok terap tumbuh di bukit,
Belat berbanjar panjang ke hulu,
Jangan diharap guruh di langit,
Kilat memancar hujan tak lalu.

Limau Bentan di tepi tingkap,
Budak-budak melempar burung,
Harimau di hutan lagi kutangkap,
Kononlah pulak cicak mengkarung.


ANTOLOGI ANAK LAUT,
DEWAN BAHASA DAN BAHASA.

PUISI TRADISIONAL



PANTUN MENGENANG NASIB.

Pisau raut hilang di rimba,
Pakaian anak raja di Juddah,
Karam di laut boleh ditimba,
Karam di hati bilakah sudah.

Kusangka nanas di tengah padang,
Kiranya pandan yang berduri,
Kusangka panas sampai ke petang,
Kiranya hujan di tengah hari.

Buah berangan masaknya merah,
Kulekati dalam perahu,
Luka ditangan nampak berdarah,
Luka di hati siapa tahu.

Apa diharap kepada tudung,
Tudung saji terendak Bentan,
Apa diharap kepada untung,
Untung nasib permainan badan.

ANTOLOGI ANAK LAUT,
DEWAN BAHASA DAN PUSTAKA.

Monday, June 7, 2010

Setitis Air Mata Seulas Senyuman


Penyair

Dia adalah rantai penghubung
Antara dunia ini dan dunia akan datang
Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan,
Dia adalah sebatang pohon tertanam
Di lembah sungai keindahan
Memikul bebuah ranum
Bagi hati lapar yang mencari.

Dia adalah seekor burung ‘nightingale’
Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan
Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya

Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah
Naik dan mengembang memenuhi angkasa.
Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padang kehidupan. Membuka kelopak mereka bagi menerima cahaya.

Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi.
Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam.
Tak terliput gelap malam
Tak tergoyah oleh angin kencang
Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang
Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya.

Dia adalah manusia yang selalu bersendirian,
hidup serba sederhana dan berhati suci
Dia duduk di pangkuan alam mencari inspirasi ilham
Dan berjaga di keheningan malam,
Menantikan turunnya ruh

Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya di ladang kasih sayang
dan kemanusiaan menyuburkannya

Inilah penyair yang dipinggirkan oleh manusia
pada zamannya,
Dan hanya dikenali sesudah jasad ditinggalkan
Dunia pun mengucapkan selamat tinggal dan kembali ia pada Ilahi

Inilah penyair yang tak meminta apa-apa
dari manusia kecuali seulas senyuman
Inilah penyair yang penuh semangat dan memenuhi
cakerawala dengan kata-kata indah
Namun manusia tetap menafikan kewujudan keindahannya

Sampai bila manusia terus terlena?
Sampai bila manusia menyanjung penguasa yang
meraih kehebatan dgn mengambil kesempatan??
Sampai bila manusia mengabaikan mereka yang boleh memperlihatkan keindahan pada jiwa-jiwa mereka
Simbol cinta dan kedamaian?

Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa org yang sudah tiada?
dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan
yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala
bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa

Dan oh para penyair,
Kalian adalah kehidupan dalam kehidupan ini:
Telah engkau tundukkan abad demi abad termasuk tirainya.

Penyair..
Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia
Dan, kerana itu kerajaanmu adalah abadi.

Penyair..periksalah mahkota berdurimu..kau akan menemui kelembutan di sebalik jambangan bunga-bunga Laurel…

ciptaan tuhan